Title:
Is She Really the Right One, Jonghyun-ssi?
Author: Rachma Lestari
Rating:
G
Genre:
Romance, Humor
Length:
Ficlet
Main
Cast:
Lee
Jonghyun CNBLUE
Other
Cast:
Jung
Yonghwa CNBLUE
Im
Yoona SNSD
Disclaimer:
Naskah yang author ikut sertakan di lomba #kpopkoplak, sayang gak menang :’(
Jadi, daripada mubadzir, author post deh. ^^ Terinspirasi dari cerita author
sendiri, yang dulu pernah naksir orang, tau namanya doang, tapi ternyata salah
nemu fbnya. (yakali namanya cuman satu orang yang punya) :p
Is
She Really The Right One, Jonghyun-ssi?
Jam dinding di ruangan ini
menunjukkan pukul 14.45. Waktu hanya tersisa 15 menit. Alih-alih memanfaatkan
sisa waktu tersebut untuk mengkoreksi semua jawaban ujian bahasa inggris siang
itu, Lee Jonghyun justru sedang asyik mengamati seorang perempuan yang duduk
tak jauh darinya, hanya terpisahkan 3 meja. Rambutnya panjang terurai sebahu,
sambil sesekali disibakkannya beberapa anak rambutnya ke belakang telinganya.
Kepalanya menunduk, masih mengerjakan soal-soal yang disajikan di dua lembar
kertas bolak-balik itu. Kulitnya putih, seperti kebanyakan orang Korea pada
umumnya. Postur tubuhnya bagus, cenderung ke arah kurus menurut Jonghyun.
Perempuan itu memakai kemeja polos berwarna biru muda, yang kebetulan merupakan
warna kesukaan Jonghyun. Well, karena
nama band-nya sendiri juga
menggunakan nama warna itu. CN BLUE.
“Waktu ujian kurang 5 menit lagi.
Pastikan lagi jawaban kalian di lembar jawaban dan data diri kalian. Jika ada
yang sudah selesai, silahkan kumpulkan lembar jawaban dan soal kalian ke saya,”
ucap Ibu pengawas ujian ruangan ini.
Jonghyun memutuskan untuk
mengumpulkan lembar jawaban tersebut, diiringi tatapan kagum dari sebagian
besar orang yang ada di ruangan itu. Sebagian kecilnya menggerutu tidak jelas.
Sisanya tetap sibuk dengan soal-soal di hadapannya, seperti perempuan tadi.
Jonghyun menunggu Yonghwa-hyung,
yang juga mengambil tes bahasa inggris siang ini. Yonghwa-hyung berada di kelas
sebelah. Hyung itu ‘kan lancar berbahasa
inggris. Seharusnya dia bisa keluar dari tadi. Ah, hyung memang suka merendah
diri di hadapan orang lain.
Lima menit berlalu dan dengan
cepat, lorong yang awalnya hanya terisi Jonghyun, segera penuh sesak oleh
orang-orang yang baru selesai menyelesaikan ujian.
“Hyung!” teriak Jonghyun memanggil
Yonghwa yang baru saja keluar dari kelasnya.
Yonghwa segera menghampirinya.
“Ayo, manajer baru saja
menghubungiku agar kita cepat kembali ke mobil,” ucap Yonghwa seraya
menunjukkan ponselnya.
“Eh, tapi…”
Jonghyun tak sempat menyelesaikan kata-katanya
karena tangannya sudah terlebih dulu ditarik Yonghwa menuju ke area parkir
mobil. Selama perjalanan, semua mata tak lepas dari kedua bintang besar itu.
Yonghwa tersenyum ke semua orang sambil sesekali membungkukkan badannya.
Jonghyun melakukan hal yang sama tapi dia berharap perempuan yang
diperhatikannya di kelas tadi tertangkap matanya.
Aha!
“Hyung, hyung. Tunggu.”
Yonghwa berhenti dan menatap
Jonghyun bingung.
“Apa?”
“Itu itu. Perempuan itu. Kau tau
siapa dia?”
Yonghwa mengikuti arah yang
ditunjukkan oleh Jonghyun. Dilihatnya seorang perempuan berkemeja biru dan tas
selempang berwarna merah di bahunya.
“Yoona?”
“Yoona? Kamu kenal, hyung?”
“Aku pernah sekelas dengannya di
kelas seni setahun yang lalu.”
Jonghyun mengangguk-anggukkan kepalanya.
“Kau naksir, ya?”
“Oh, itu. Emh…,” Jonghyun
terbata-bata sambil menggaruk rambutnya.
Drrt…drrt…
Keduanya melihat ponsel Yonghwa
yang bergetar. Manajer-hyungnim.
“YA! Ayo cepat!”
Yonghwa berlari cepat menuju mobil
van berwarna hitam di area parkir, dan manajer mereka sudah berkacak pinggang
di depannya. Mobil van mereka tampak menonjol karena rata-rata orang-orang di
kampus menggunakan mobil sedan, bukan mobil besar seperti itu.
“Siapa nama lengkapnya, hyung?”
tanya Jonghyun di belakang Yonghwa.
“Im Yoona!” teriak Yonghwa.
Jonghyun tersenyum.
Im
Yoona.
***
“Permisi…”
Jonghyun membuka pintu ruang
administrasi kampusnya. Hanya segelintir orang yang masih tinggal setelah
berakhirnya jam kerja sekitar setengah jam yang lalu.
Seorang perempuan yang tampaknya
seusia ibu Jonghyun melongok dari kubikelnya. Tampang juteknya segera
terpasang, tapi segera luluh tergantikan senyum manis saat melihat siapa
pemilik suara yang memanggilnya barusan.
“Lee Jonghyun? Ada apa?” tanyanya
sambil memamerkan lipstick merah
menyalanya di senyumannya.
Jonghyun tersenyum.
“Saya mau melihat data diri siswa
yang ada di kelas ujian saya kemarin. Bisa?”
Ibu tersebut tampak bimbang. Namun
karena Jonghyun memasang wajah memelasnya, yang seharusnya tanpa dia berakting
pun Ibu itu pasti akan memberikannya dengan sukarela.
“Sebentar ya, saya cari dulu. Kalau
boleh tau, kelas ujian apa dan hari apa ya?”
“Hari Rabu minggu lalu, Bu. Ruang
204, kelas ujian Bahasa Inggris,” jawab Jonghyun lengkap.
Jonghyun menunggu sekitar dua menit
sampai akhirnya Ibu tersebut memberikan dokumen data diri siswa di kelasnya.
“Memangnya untuk keperluan apa, Lee
Jonghyun?”
Jonghyun sudah menyiapkan jawaban
untuk pertanyaan seperti ini.
“Kemarin saya meminjam pensil dan
penghapus salah seorang siswa di sana, Bu. Tapi karena saya harus segera
kembali ke mobil saat ujian berakhir, saya tidak sempat mengembalikannya.
Ibu tersebut mengangguk-anggukkan
kepalanya, mengerti.
“Wah, kamu bertanggung jawab sekali,
ya. Sudah tampan, pintar, baik pula. Komplit,” timpal Ibu itu.
Jonghyun tersenyum –ini sudah
menjadi kebiasaannya untuk tersenyum pada siapapun-.
Jonghyun membaca cepat nama-nama
yang ada di daftar tersebut. Yoona,
Yoona, Yoona. Ah, ketemu!
Segera dicatatnya alamat rumah Yoona.
“Terima kasih, Bu. Informasi ini
sangat membantu saya,” ucap Jonghyun sambil menyerahkan dokumen tersebut
kembali ke Ibu itu.
“Sama-sama. Jonghyun, boleh minta
tanda tangan? Kalau bisa juga sekalian foto bareng,” pinta Ibu itu malu-malu.
***
Dengkuran Yonghwa terdengar dari
balik punggung Jonghyun. Karena padatnya jadwal CNBLUE di akhir minggu kemarin,
membuat semua personelnya lelah dan terkapar tak berdaya di tempat tidur
masing-masing. Kecuali Jonghyun. Dibukanya kembali kertas kecil bertuliskan alamat
rumah Yoona. Kesibukannya kemarin membuatnya baru sempat membaca kembali alamat
itu.
Hmm.
Alamat ini tidak salah hanya berjarak beberapa blok dari dorm. Apa sebaiknya aku mengajaknya blind date?
Jonghyun mengacak-acak rambutnya.
Ini
gila. Aku idola banyak perempuan di Korea. Cukup menunjuk salah satu anggota
Boice pun aku sudah bisa mengadakan kencan romantis. Tapi aku malah tak berdaya
di hadapan perempuan yang baru sekali kulihat. Ditambah aku mengenalnya hanya
sebatas nama dan alamat rumahnya. Mungkin benar, blind date pilihan yang paling
tepat. Ingin menyapanya di kampus, tapi aku tak pernah melihatnya. Mungkin dia
mengambil mata kuliah yang berbeda denganku. Mata kuliah? Bodoh. Seharusnya
kemarin sekalian meminta data kelas yang dia ambil ya? Kenapa aku begitu bodoh
seperti ini?
Jonghyun mengetuk-ketukkan dahinya
ke meja.
Bodoh
amat. Aku akan mengajaknya kencan.
***
Jonghyun menatap cemas pintu coffee shop ini, tempat yang dipilihnya
sebagai tempat blind date-nya dengan
Yoona. Tiap ada perempuan yang
melangkah masuk, diamatinya dengan seksama. Tapi sejak sejam yang lalu dia
duduk di mejanya, yang tentu saja terletak di pojok ruangan dengan pencahayaan
yang minim, dia tidak melihat tanda-tanda perempuan yang mencarinya. Tanda-tanda
seperti ini; masuk ke dalam coffee shop, menoleh
ke kanan dan ke kiri, lalu tersenyum ketika menatap Jonghyun. Yang Jonghyun
lihat sedari tadi hanya sampai tanda-tanda kedua. Tidak ada yang tersenyum ke
arahnya.
Apa
aku salah mengirim surat? Apa suratnya tidak sampai? Ah, aku kan menggunakan
paket kilat. Seharusnya sehari pun sudah sampai, apalagi tempat tinggalnya
tidak jauh.
Krinciiing.
Krinciiiing.
Lonceng yang tergantung di pintu
masuk berbunyi, tanda pintu coffee shop
terbuka. Perempuan berambut pendek dan tinggi yang juga pendek, melangkah
masuk. Dress yang dia pakai pun
pendek. Perempuan itu melihat ke kanan dan ke kiri, sedang melakukan penyisiran
di ruangan coffee shop ini. Matanya
bertemu dengan mata Jonghyun. Perempuan itu tersenyum lebar, sangat lebar
hingga Jonghyun bisa melihat gusinya.
Jonghyun kebingungan. Memang
tanda-tanda ini yang dia tunggu sedari tadi. Tapi…dia bukan Yoona.
“Lee Jonghyun?”
Jonghyun mengangguk ragu.
“Ya Tuhan, ternyata aku tidak bermimpi. Kamu
tahu, aku hampir pingsan saat surat ini tiba di rumah kemarin. Kamu menyukaiku
sejak kelas ujian bahasa inggris kemarin? Ah, pantas kemarin punggungku terasa
panas. Ternyata sorot matamu yang melakukannya,” ucap perempuan pendek itu
panjang lebar dan mengambil tempat di hadapan Jonghyun.
“Tunggu…Kamu Yoona? Kim Yoona?” tanya
Jonghyun, memastikan.
Kim Yoona mengangguk.
“Iya, memangnya siapa lagi? Ah, kamu
marah ya karna aku terlambat? Maaf, tadi aku harus menyelesaikan pekerjaan
rumahku. Maaf membuatmu menunggu,” ucapnya lagi.
Jonghyun menggeleng.
“Tunggu, tapi…Emh, boleh aku lihat surat
yang kukirim padamu?”
Kim Yoona menyerahkan amplop
berwarna biru muda. Jonghyun segera membuka dan membaca surat tersebut.
Dear
Kim Yoona.
Aku
tahu kamu akan terkejut jika tahu siapa aku, pengirim surat ini. Kamu tahu,
kita satu ruang di kelas ujian bahasa inggris kemarin. Kurasa kamu tidak sempat
melihatku, karena kamu terlalu fokus dengan soal-soal di hadapanmu.
Dan
maafkan perbuatanku yang so-last-year ini. Aku hanya berhasil mendapatkan alamat
rumahmu, jadi surat ini satu-satunya caraku untuk menghubungimu. Aku tahu ini
terlalu dini, tapi, maukah kamu bertemu denganku besok sore? Aku akan
menunggumu di coffee shop ‘coftea’ dekat rumahmu.
Lee Jonghyun
Tidak ada yang salah dari surat ini.
Jonghyun menatap kembali perempuan
di hadapannya.
Tapi
kenapa dia yang datang? Jangan-jangan aku salah mencatat alamat rumahnya!
Jonghyun menepuk dahinya.
“Ada yang salah, Jonghyun-ssi?”
Ada
yang salah!
Jonghyun menggeleng.
“Tidak, tidak ada yang salah.
Yoona-ssi, maaf aku harus segera kembali ke dorm.
Aku baru ingat malam ini aku ada schedule
di tempat lain. Maaf.”
Jonghyun membungkukkan badannya,
lalu segera pergi dari coffee shop itu.
Maaf,
Kim Yoona, atau siapapun kamu. Tapi bukan kamu yang aku maksud.
***
“Baru sejam lalu kau keluar, dan
sekarang sudah balik?”
Itu komentar Yonghwa yang terucap
saat melihat dongsaeng-nya kembali ke
dorm.
“Yoona tidak datang?” tebak Yonghwa.
Jonghyun menggeleng.
“Yoona datang, tapi bukan Yoona yang
kumaksud. Memang ada berapa nama Kim Yoona sih di kelas?” tanya Jonghyun.
Yonghwa tersedak saat meneguk
minumannya.
“Kim Yoona?”
Jonghyun mengangguk.
Hening, hanya hingar bingar suara TV
yang terdengar.
Tawa Yonghwa meledak, sampai dia pun
terguling dari sofa dan terjatuh ke lantai. Yonghwa menghapus airmata yang
keluar karena terlalu keras tertawa.
“Kim Yoona? YA! Namanya Im Yoona!”
Jonghyun bengong di hadapan Yonghwa,
sedangkan Yonghwa melanjutkan tawanya sambil memukul-mukul bantal sofa.
Airmatanya mengalir lagi dari sudut matanya. Kelakukan dongsaeng-nya ini benar-benar lucu.
“Kau hubungi dia lewat ponselku aja.
Aku baru ingat aku punya nomornya,” ucap Yonghwa saat dia sedikit bisa
mengontrol tawanya.
“AH HYUNG! KENAPA KAU TIDAK BILANG
DARI KEMARIN???”
Jonghyun yang hanya bisa diam dengan
tampang polosnya pun akhirnya meledak. Yonghwa kembali tertawa.
-END-