Selasa, 11 Juni 2013

Find Me, Love

Diposting oleh Rachma I. Lestari
Find Me, Love


                Satu…
                Dua…
                Tiga…
                …
                Seratus sepuluh…
                Seratus sebelas…
                Seratus duabelas…
                …
                Tigaratus duapuluhlima…
                Tigaratus duapuluhenam…
                Hitunganku berhenti. Mata kami bertemu, tapi kemudian dia kembali fokus pada buku di hadapannya. Dibenarkannya kacamata yang bertengger di hidungnya yang mancung, mengerutkan dahinya, mengerucutkan bibirnya, dan akhirnya jemarinya kembali menulis sesuatu di bukunya. Sepertinya tugas kuliah. Well, ini perpustakaan. Memangnya aku mengharapkan dia demo masak di sini?
                Jonghyun-ah.”
                Yonghwa-hyung baru saja tiba dan mengambil tempat di sampingku.
                “Kau sudah mengerjakan tugasnya sampai mana?”
                Yonghwa-hyung melirik lembaran-lembaran kertas di hadapanku. Kosong.
                “Ya! Dari tadi kamu ngapain aja? Aish…”
                Yonghwa-hyung akhirnya mengambil beberapa kertas di hadapanku.
                “Aku kerjakan lima nomor awal, kamu lima nomor akhir,” perintahnya.
                “Ah, hyung. Mana bisa aku mengerjakan nomor-nomor terakhir? Biasanya justru ‘kan itu yang paling susah.”
                Yonghwa-hyung tersenyum lebar.
                “That’s the point.”
                Aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalaku melihat sikap Yonghwa-hyung yang mengintimidasiku. Apa boleh buat, dia hyung kesayanganku.
                Kulirik lagi perempuan yang hanya berjarak tiga meja dari tempatku duduk. Dia masih serius dengan pekerjaannya. Ah, Lee Jonghyun. Apa yang kau harapkan memangnya? Dia tersenyum padamu? Mengajakmu belajar bersama? Namanya saja kau tak tahu. Ah, dia pun juga tak tahu namamu.

***

                Satu…
                Dua…
                Tiga…
                Empat…
                Seratus tigapuluhtujuh…
                Seratus tigapuluhdelapan…
                Hitunganku berhenti. Dia melihatku untuk yang kedua kalinya. Tapi, lagi-lagi dia seolah tak melihatku yang kini hanya duduk berselisihkan dua meja darinya. Difokuskannya kembali matanya pada buku tulis di hadapannya.
                “Jadi dia yang membuatmu mengusulkan untuk bertemu di perpustakaan lagi?
                Suara Yonghwa-hyung tiba-tiba terdengar dari balik punggungku. Kutoleh dia yang sedang asik tersenyum nakal ke arahku.
                “Ah, hyung. Sejak kapan kau datang?”
                “Tidak usah mengalihkan pembicaraan. Siapa dia? Kau kenal?” tanya Yonghwa-hyung sambil meletakkan tas punggungnya ke atas meja dan duduk di sampingku.
                Aku menggeleng.
                “Aku tidak tahu. Aku baru melihatnya kemarin.”
                “Lee Jonghyun. Dengan ketampananmu dan tubuhmu yang proposional, belum lagi auramu yang melebihi auraku, kamu dapat dengan mudah berkenalan dengannya.”
                “Dia beda, hyung. Aku bisa merasakannya,” sangkalku.
                Yonghwa-hyung kali ini ikut mengamati perempuan itu.
                “Well, aku tidak bisa merasakannya. Tapi aku bisa merasakan kemarahan Dosen Han jika kita tidak menyelesaikan tugas ini,” ucap Yonghwa-hyung seraya menyerahkan beberapa lembar revision tugas kami kemarin.
                Sempat kulihat lagi perempuan itu, berharap dia akan memperhatikanku lebih dari sedetik. Dua detik pun aku akan bersyukur jika dia melakukannya. Tapi…
                Bug.
                Pukulan pelan Yonghwa-hyung mendarat di kepalaku.

***

                Satu…
                Dua…
                Tiga…
                Lima…
                Duapuluhenam…
                Dia menoleh ke arahku dan tersenyum. Kini aku hanya berselisihkan satu meja dengannya. Dia kembali fokus pada buku di hadapannya. Kali ini dia tidak memegang pulpen atau pensil seperti sebelumnya. Dia hanya membaca sebuah buku yang tebalnya hampir setinggi wedges milik ibuku. Dia melihat lagi ke arahku. Kami tersenyum. Aku bahagia. Dan semoga dia juga bahagia.

***

                Satu…
                Dua…
                “LJH?”
                Sebuah suara yang belum pernah kudengar sebelumnya mengucapkan inisialku. Kami berdua tersenyum.
                “Lee Jonghyun,” ucapku memperkenalkan diri, dan jemari kami bersalaman seraya dia menyebutkan namanya.

***

                Hai, perempuan berkacamata yang selalu serius menatap buku tulisnya.
                326 tangkai bunga mawar ini untukmu.
                326 detik untuk kau menyadari bahwa aku ada di dunia ini.
LJH


                Hai, perempuan berkacamata yang masih serius menuliskan rangkaian kata di buku tulisnya.
                138 tangkai bunga mawar ini untukmu.
138 detik untuk kamu menyadari bahwa aku masih ada di dunia ini, di sekitar bayang-bayangmu.
                Carilah aku. Temukan aku. Aku tak jauh-jauh darimu.
LJH


                Hai, perempuan berkacamata yang tenggelam di balik buku tebalnya.
                26 tangkai bunga mawar ini untukmu.
26 detik untuk kamu menyadari bahwa akulah si pria yang selalu dan masih tetap memperhatikanmu.
                Jangan ragu untuk tersenyum lagi besok.
                Iya, itu aku.
LJH


***

                “Ini untukmu,” ucapku seraya menyerahkan dua tangkai mawar kepadanya.
                “Dua detik? Untuk?” tanyanya sambil tersenyum.
                “Dua detik untuk akhirnya kamu benar-benar menemukanku.”
               
-END-




*note: sengaja tidak memakai nama cast perempuan. kata teman, lebih asik membayangkan diri kita yang ada di posisi itu. <3

0 komentar:

Posting Komentar

 

YOUniverse Copyright © 2010 Design by Ipietoon Blogger Template Graphic from Enakei